Bijak Bermedia Sosial: Menjaga Akhlak Digital Sesuai Ajaran Islam

Di era digital, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Platform seperti Facebook, Instagram, TikTok, atau WhatsApp memudahkan kita berkomunikasi, berbagi informasi, dan membangun jaringan. Namun, di balik kemudahannya, ada tantangan besar: bagaimana menjaga akhlak dan nilai-nilai Islam di ruang digital? 

Sebagai umat Islam, kita diingatkan bahwa setiap tindakan—termasuk di dunia maya—harus selaras dengan prinsip Al-Qur’an dan Sunnah. Rasulullah SAW bersabda: 

«المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ» 

“Seorang Muslim adalah orang yang Muslim lainnya selamat dari (kejahatan) lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari). 

Dalam konteks digital, “lisan” bisa berarti unggahan, komentar, atau pesan yang kita sebarkan. Lalu, bagaimana kita menjaga akhlak di media sosial sesuai tuntunan Islam? 

1. Etika Berkomunikasi: Menjaga Lisan Digital 

Allah SWT berfirman: 

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ...﴾ 

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok).” (QS. Al-Hujurat: 11). 

Ayat ini mengingatkan kita untuk menghindari konten atau komentar yang mengandung ejekan, bullying, atau merendahkan orang lain. Di media sosial, seringkali kita terjebak dalam budaya cancel culture atau komentar kasar hanya karena perbedaan pendapat. Padahal, Islam mengajarkan ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama Muslim) dan adab al-ikhtilaf (etika berbeda pendapat). 

Contoh Praktis: 

- Hindari membagikan konten yang memprovokasi atau mengandung unsur ghibah (menggunjing). 

- Gunakan kata-kata santun, bahkan saat menyampaikan kritik. 

- Berpikir dua kali sebelum meng-share meme atau video yang berpotensi menyakiti perasaan orang lain. 

2. Hati-Hati dengan Hoaks: Verifikasi Sebelum Sebarkan 

Allah SWT memperingatkan: 

﴿وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا﴾ 

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Sungguh, pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra’: 36). 

Penyebaran hoaks atau informasi palsu adalah dosa besar dalam Islam karena termasuk namimah (mengadu domba) dan kizb (berdusta). Rasulullah SAW bersabda: 

«كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ» 

“Cukuplah seseorang dianggap pendusta jika ia menyampaikan semua yang ia dengar.” (HR. Muslim). 

Tips Islami Menghadapi Hoaks: 

- Tabayyun (klarifikasi): Pastikan kebenaran informasi dari sumber terpercaya. 

- Hati-hati dengan konten yang memicu kebencian atau permusuhan. 

- Ingatlah bahwa setiap klik “share” adalah amanah di akhirat kelak. 

3. Bijak Menggunakan Waktu: Jangan Sampai Media Sosial Melalaikan Ibadah 

Allah SWT berfirman: 

﴿وَالعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ، إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ﴾ 

“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan...” (QS. Al-‘Asr: 1-3). 

Media sosial bisa menjadi pembuang waktu jika tidak dikelola dengan baik. Banyak orang menghabiskan berjam-jam hanya untuk scroll konten tidak bermanfaat, sementara kewajiban ibadah atau keluarga terbengkalai. 

Rasulullah SAW bersabda: 

«نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ» 

“Ada dua nikmat yang sering dilalaikan oleh kebanyakan manusia: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari). 

Solusi: 

- Batasi waktu bermedia sosial dengan aplikasi screen time. 

- Prioritaskan konten yang menambah ilmu agama, seperti kajian online atau artikel Islami. 

- Gunakan media sosial untuk dakwah, seperti membagikan ayat Al-Qur’an atau kisah inspiratif. 

4. Menjaga Privasi dan Aurat Digital 

Islam sangat menjaga kehormatan dan privasi individu. Allah SWT berfirman: 

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّىٰ تَسْتَأْنِسُوا﴾ 

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin...” (QS. An-Nur: 27). 

Prinsip ini juga berlaku di dunia digital. Misalnya: 

- Hindari membagikan foto/video pribadi orang lain tanpa izin. 

- Jangan menyebarkan percakapan privat (DM/chat) ke publik. 

- Menjaga aurat dalam unggahan foto atau video, sesuai perintah Allah dalam QS. An-Nur: 30-31. 

5. Menyebarkan Kebaikan: Media Sosial sebagai Sarana Dakwah 

Allah SWT memuji orang-orang yang saling menasihati dalam kebenaran: 

﴿وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ﴾ 

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Ma’idah: 2). 

Media sosial adalah ladang pahala jika digunakan untuk dakwah bil-hikmah. Contoh: 

- Membagikan konten edukasi Islami (tafsir Qur’an, hadis, atau kisah para Nabi). 

- Mengajak masyarakat untuk program Islamic Center, seperti kajian rutin atau kegiatan sosial. 

- Menyebarkan kebaikan melalui kata-kata motivasi atau infografis bertema Islam. 

 Penutup: Menjadi Muslim yang Bertanggung Jawab di Dunia Maya 

Sebagai pengguna media sosial, kita harus sadar bahwa setiap jari yang mengetik, setiap gambar yang diunggah, dan setiap komentar yang ditulis akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Rasulullah SAW mengingatkan: 

«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ» 

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari & Muslim). 

Mari jadikan media sosial sebagai sarana memperkuat iman, menyebarkan rahmat, dan mempererat ukhuwah. Dengan demikian, kita tidak hanya menjadi konsumen pasif, tapi juga agen perubahan yang membawa cahaya Islam di dunia digital. 

اللهم اجعلنا ممن يستمعون القول فيتبعون أحسنه 

“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti yang terbaik.” (QS. Az-Zumar: 18). 

Daftar Referensi: 

1. Al-Qur’an Al-Karim 

2. Hadis Riwayat Bukhari, Muslim, dll. 

3. Buku Adab dalam Islam karya Syekh Yusuf Al-Qaradawi. 


Sumber : https://www.islamiccenterkaltim.org 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membuat Game Tangkap Apel Dengan Scratch