Bijak Menggunakan Media Sosial Sesuai Nilai Islam
Dalam era digital yang semakin berkembang pesat, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari banyak orang. Baik itu untuk berbagi informasi, berinteraksi dengan orang lain, atau bahkan untuk memperluas jaringan sosial dan bisnis. Namun demikian, seperti halnya teknologi lainnya, penggunaan media sosial juga perlu dipertimbangkan dengan bijak, terutama dalam konteks nilai dan ajaran agama.
Islam, sebagai agama yang holistik, memberikan pedoman yang jelas tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk penggunaan media sosial. Berikut ini beberapa pandangan Islam tentang penggunaan media sosial:
1. Etika Komunikasi
Islam mengajarkan pentingnya berkomunikasi dengan sopan, santun, dan menghindari perkataan yang dapat menyakiti atau menyebabkan konflik. Hal ini berlaku juga dalam interaksi di media sosial. Menjaga etika dalam komentar, menghindari fitnah, ghibah, atau menyebarkan berita palsu (hoaks), adalah bagian dari prinsip-prinsip Islam dalam berkomunikasi.
Komunikasi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan sehari-hari kita. Baik dalam percakapan langsung maupun dalam media sosial, kata-kata yang kita gunakan dapat memiliki dampak besar pada orang lain maupun pada diri kita sendiri. Oleh karena itu, menjaga perkataan yang baik atau diam hal ini sesuai (Q.S. Al Baqarah :83)
"Dan ucapkanlah kepada manusia perkataan yang baik." (Q.S. Al-Baqarah: 83)serta dijelaskan dalam hadist Nabi ﷺ sebagai berikut:
Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺbersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidak ada seorang muslimpun yang mengucapkan kalimat yang baik, kecuali Allah mencatatnya baginya sebagai sedekah, dan tidak ada seorang muslimpun yang mengucapkan kalimat yang buruk, kecuali itu akan menjadi dosa baginya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Perintah menjauhi perkataan jelek dan prasangka merupakan prinsip penting yang harus kita terapkan dalam berkomunikasi. Hal ini di jelaskan dalam (Q.S. Al-Hujurat: 12),
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa." (Q.S. Al-Hujurat: 12)Landasan dari Al-Qur’an dan Hadits tentang Etika Komunikasi yang menjelaskan pentingnya berkomunikasi dengan sopan, santun, dan menghindari perkataan yang menyakiti atau menyebabkan konflik, serta menjaga etika dalam interaksi di media sosial, hal ini dapat menjadikan seorang muslim memiliki akhlak yang baik.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda, “Sebaik-baik muslim adalah orang yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah orang yang terbaik akhlaknya kepada keluarganya.”
(HR. Tirmidzi)
Dari landasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an dan Hadis menegaskan pentingnya berbicara dengan kata-kata yang baik, menjauhi prasangka buruk, dan berinteraksi dengan sopan santun dalam segala situasi, termasuk dalam penggunaan media sosial. Menjaga etika dalam komentar, menghindari fitnah, ghibah, atau menyebarkan berita palsu (hoaks), adalah bagian dari prinsip-prinsip Islam dalam berkomunikasi yang tercermin dalam ajaran Al-Qur’an dan Hadits.
2. Meningkatkan Kedermawanan dan Kebaikan
Islam mendorong umatnya untuk selalu berbuat baik dan menyebarkan kebaikan kepada sesama. Dalam konteks media sosial, ini bisa diwujudkan dengan membagikan konten yang bermanfaat, inspiratif, dan mendidik. Misalnya, membagikan kutipan-kutipan dari Al-Quran atau Hadis, informasi yang berguna, atau pengalaman positif yang dapat menginspirasi orang. Semua yang ditulis atau dikerjakan akan dimintai pertanggung jawaban. Sebagaimana yang sudah tertulis dalam (Q.S. Al-An’am: 164).
"Dan (ingatlah) hari (ketika) tiap-tiap jiwa akan dipersembahkan untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah dikerjakannya, dan tidak ada orang yang dianiaya pada hari itu, sedikitpun; dan kamu tidak akan mendapat pembalasan, kecuali (pembalasan) apa yang telah kamu kerjakan." (Q.S. Al-An'am: 164)Islam sebagai agama yang mengajarkan kasih sayang, kedermawanan, dan kebaikan kepada sesama, juga mendorong umatnya untuk mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam setiap aspek kehidupan, termasuk di era digital saat ini. Media sosial, sebagai salah satu platform yang populer digunakan dalam berkomunikasi dan berinteraksi, menjadi sarana yang dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan kebaikan dan memperluas dampak positif.
Dalam konteks media sosial, umat Islam diajak untuk senantiasa menyebarkan konten yang bermanfaat, inspiratif, dan mendidik. Ini dapat diwujudkan dengan membagikan kutipan-kutipan dari Al-Quran atau Hadis, yang merupakan sumber inspirasi dan pedoman hidup bagi umat Islam. Selain itu, informasi yang berguna seperti tips kesehatan, motivasi diri, atau pengetahuan agama yang dapat memberikan manfaat bagi pembaca juga dapat menjadi bagian dari konten yang disebarkan.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.”
(HR. Ahmad)
Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya di setiap sendi badan manusia ada sedekah. Setiap kali seseorang memperbaiki adab (perilaku)nya, itu adalah sedekah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Selain itu, pengalaman positif yang dapat menginspirasi orang juga bisa menjadi bahan yang baik untuk dibagikan di media sosial. Pengalaman-pengalaman ini dapat berupa cerita keberhasilan dalam mengatasi tantangan hidup, kesaksian tentang kebaikan orang lain, atau pun pengalaman spiritual yang memberi pelajaran berharga bagi pembaca.
Dengan membagikan konten-konten positif dan bermanfaat di media sosial, umat Islam dapat turut berperan dalam membentuk lingkungan digital yang lebih baik. Tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga menjadi produsen konten yang membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Dengan demikian, media sosial dapat menjadi wahana yang efektif untuk menyebarkan kebaikan dan menginspirasi perubahan positif dalam masyarakat secara luas
3. Menjaga Privasi dan Kesopanan
Menjaga Privasi dan Kesopanan adalah nilai-nilai yang sangat penting dalam ajaran Islam. Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa menjaga privasi diri sendiri dan orang lain dengan menjaga lisan dan konten sebagai bentuk penghormatan terhadap martabat manusia. Privasi merupakan hak asasi setiap individu yang harus dihormati dan dilindungi. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya menghormati hak-hak orang lain.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengintip (melihat kekurangan) orang lain dan janganlah sebagian kamu mencari-cari keburukan orang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentulah kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (Q.S. Al-Hujurat: 12)Selain menjaga privasi, Islam juga mendorong umatnya untuk memelihara kesopanan dalam berinteraksi. Kesopanan mencakup segala aspek perilaku, mulai dari cara berbicara, bertindak, hingga berinteraksi di dunia maya, termasuk di media sosial. Rasulullah ﷺ mengajarkan umatnya untuk bersikap santun, sopan, dan menghormati orang lain dalam setiap situasi.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat.”
(HR. Muslim)
Dalam konteks media sosial, menjaga privasi dan kesopanan menjadi lebih penting karena sifatnya yang terbuka dan dapat diakses oleh banyak orang. Oleh karena itu, Islam menegaskan bahwa menyebarkan informasi pribadi orang lain tanpa izin atau memposting konten yang bertentangan dengan nilai-nilai kesopanan Islam harus dihindari. Tindakan seperti ini tidak hanya melanggar privasi individu, tetapi juga dapat menyebabkan konflik dan merusak hubungan sosial.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya di antara yang pertama kali akan dihukumi pada hari kiamat adalah seorang laki-laki yang mati syahid, kemudian dibawa kepada Allah lalu dikenalinya nikmat-nikmat yang diberikan kepadanya. Kemudian Allah bertanya kepadanya, ‘Apa yang kamu lakukan dengan nikmat-nikmat yang telah Aku berikan kepadamu?’ Ia menjawab, ‘Aku berperang untuk-Mu hingga mati syahid.’ Allah berfirman, ‘Kamu berdusta, kamu berperang supaya orang menyebutmu sebagai pejuang dan demikianlah orang menyebutmu.’ Kemudian diperintahkanlah agar ia diseret ke neraka. Kemudian seorang laki-laki yang telah diberi Allah ilmu dan rezeki kemudian dikenalinya nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepadanya. Kemudian Allah bertanya kepadanya, ‘Apa yang kamu lakukan dengan nikmat-nikmat yang telah Aku berikan kepadamu?’ Ia menjawab, ‘Aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta mempergunakan rezeki yang telah Engkau berikan kepadaku untuk menyedekahkan harta itu di jalan-Mu.’ Allah berfirman, ‘Kamu berdusta, kamu mempelajari ilmu untuk didengarkan orang dan kamu membelanjakan harta itu agar orang menyebut kamu dermawan dan demikianlah orang menyebutmu.’ Kemudian diperintahkanlah agar ia diseret ke neraka.”
(HR. Muslim)
Islam mengajarkan umatnya untuk bertindak dengan penuh tanggung jawab dan kebijaksanaan dalam menggunakan media sosial. Memeriksa kebenaran informasi sebelum menyebarkannya, menghormati privasi orang lain, dan memilih kata-kata yang sopan dan santun adalah beberapa langkah konkret yang dapat diambil untuk menjaga privasi dan kesopanan dalam berinteraksi di media sosial.
Dengan mempraktikkan nilai-nilai ini, umat Islam dapat menjadi teladan dalam penggunaan media sosial yang bertanggung jawab dan memberikan dampak positif bagi diri sendiri dan masyarakat secara luas. Dengan demikian, menjaga privasi dan kesopanan dalam berinteraksi di media sosial tidak hanya menjadi bagian dari kepatuhan terhadap ajaran Islam, tetapi juga merupakan kontribusi nyata dalam membangun lingkungan digital yang lebih baik dan harmonis.
4. Pengendalian Diri dan Waktu
Dalam ajaran Islam, pengendalian diri terpancing emosi dalam menyikapi konten dan pengelolaan waktu merupakan aspek penting dalam menjalani kehidupan yang seimbang dan bermakna. Hal ini tidak terkecuali ketika kita berbicara tentang penggunaan media sosial di era digital saat ini. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk memperhatikan bagaimana mereka menggunakan waktu mereka, terutama di dunia maya yang penuh dengan godaan dan distraksi.
Dalam Surah Al-Hasyr (59:18-19), Allah juga mengajarkan umatnya untuk mengendalikan amarah,
"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu bertakwa kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al-Hasyr (59):18-19)
Pengendalian diri termasuk dalam konsep takwa, di mana individu diingatkan untuk selalu menjaga tindakan dan perbuatan agar sesuai dengan norma-norma agama.
Pentingnya pengendalian diri dan penggunaan waktu yang efektif disampaikan dengan jelas dalam Al-Qur’an dan Hadis, sebagai pedoman bagi umat Islam. Rasulullah Muhammad ﷺ juga memberikan teladan yang kuat dalam hal ini, dengan mencontohkan penggunaan waktu yang produktif dan berpikir panjang dalam setiap tindakannya
Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan pentingnya pengendalian diri sebagai bentuk keutamaan yang sangat dihargai. Sebagai contoh, dalam Surah Al-Asr (103:1-3), Allah berfirman,
"Demi masa. Sesungguhnya, manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran." (Q.S. Al-Asr (103):1-3)Ayat ini menekankan bahwa keberhasilan manusia terkait erat dengan kemampuannya mengendalikan diri dalam melakukan amal shalih dan bersabar dalam menjalani kehidupan.
Penggunaan media sosial yang berlebihan, terutama dalam hal yang tidak produktif, dapat mengganggu keseimbangan hidup seseorang. Terjebak dalam dunia maya tanpa batas dapat menyebabkan seseorang lupa akan tanggung jawabnya sebagai hamba Allah dan manusia yang berguna bagi sesama. Sebagai contoh, terlalu banyak menghabiskan waktu di media sosial bisa mengurangi waktu yang seharusnya digunakan untuk beribadah atau aktivitas produktif lainnya.
Oleh karena itu, Islam menekankan pentingnya untuk mengendalikan diri dalam penggunaan media sosial dan memanfaatkan waktu dengan bijak. Hal ini dapat dilakukan dengan menyadari waktu yang dihabiskan di media sosial, menetapkan batas waktu yang tepat untuk penggunaannya, dan mengalokasikan waktu yang cukup untuk beribadah, belajar, bekerja, dan berinteraksi dengan keluarga serta masyarakat.
Rasulullah ﷺ, sebagai utusan Allah, memberikan teladan dalam penggunaan waktu yang efektif. Beliau ﷺ menekankan pentingnya memanfaatkan waktu untuk beribadah, meningkatkan ilmu, dan berkontribusi positif dalam kehidupan sehari-hari. Hadis-hadis yang mendorong kegiatan produktif dan pengendalian diri menjadi inspirasi bagi umat Islam dalam mengelola waktu mereka. Dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari,
Rasulullah ﷺ bersabda,“Tangan yang di atas lebih baik dari pada tangan yang di bawah. (Yaitu) tangan yang memberi lebih baik dari pada tangan yang menerima.”
(Imam Bukhari)
Pesan ini mencerminkan pentingnya memberikan manfaat dan berkontribusi positif dalam masyarakat.
Pengendalian diri dan penggunaan waktu yang efektif bukanlah sekadar ajaran agama, tetapi juga merupakan kunci untuk mencapai kesuksesan dan keberkahan dalam kehidupan. Dengan mempraktikkan nilai-nilai ini, umat Islam diharapkan dapat menjalani kehidupan yang seimbang, produktif, dan bermanfaat bagi diri sendiri serta orang lain, di tengah arus informasi dan tantangan dunia digital yang terus berkembang.
Islam sebagai ajaran yang komprehensif dan memberikan pedoman dalam setiap aspek kehidupan, mencakup pula nilai-nilai terkait dengan pengendalian diri dan penggunaan waktu yang efektif. Al-Qur’an dan Sunnah, sebagai dua sumber utama ajaran Islam, memberikan petunjuk yang jelas tentang betapa pentingnya aspek ini dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Penerapan Nilai-Nilai Ini dalam konteks media sosial, Islam mengajarkan agar umatnya bijak dalam mengendalikan diri saat berinteraksi di dunia maya. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan untuk hal yang tidak produktif dapat mengganggu keseimbangan hidup dan menghambat kemajuan spiritual dan intelektual.
Dengan mengaplikasikan nilai-nilai pengendalian diri dan efektivitas waktu, umat Islam dapat menjadikan media sosial sebagai sarana untuk beribadah, memperoleh ilmu, dan berkontribusi positif dalam menyebarkan nilai-nilai Islam. Oleh karena itu, sumber ajaran Islam, Al-Qur’an dan Sunnah, memberikan landasan yang kuat untuk membimbing umatnya dalam mengelola diri dan waktu secara bijaksana, bahkan dalam era modern yang dipenuhi dengan teknologi dan media sosial
5. Bijak dalam Konsumsi Konten
Islam mendorong umatnya untuk memilih konten yang baik dan berguna. Menghindari konten yang bersifat negatif, vulgar, atau menyebarkan kebencian adalah bagian dari prinsip-prinsip Islam dalam mengonsumsi konten di media sosial. Di tengah ledakan informasi di media sosial, kebijaksanaan dalam mengonsumsi konten menjadi kunci bagi umat Islam untuk mempertahankan nilai-nilai moral dan spiritual yang diwarisi dari ajaran agama. Islam sebagai pedoman hidup yang menyeluruh, memberikan arahan yang jelas tentang pentingnya memilih konten yang baik dan berguna, serta menghindari konten yang bersifat negatif, vulgar, atau menyebarkan kebencian.
Al-Qur’an, sebagai sumber utama ajaran Islam, mengandung banyak petunjuk tentang bagaimana seorang muslim seharusnya memilih konten yang dikonsumsinya. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 168, Allah berfirman:
"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; sungguh, dia musuh yang nyata bagimu." (Q.S. Al-Baqarah: 168)Ayat ini menegaskan pentingnya memilih konten yang halal dan baik, serta menolak konten yang mempromosikan keburukan atau menjauhkan dari ajaran agama.
Dalam surat lain dijelaskan,
"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang kamu sendiri tdk memiliki pengetahuan: "Aku akan melakukan ini besok," kecuali (dengan mengucapkan), "Jika Allah menghendaki (maka aku akan melakukannya)." (Q.S. Al-Kahf: 23-24).Nabi Muhammad ﷺ juga memberikan contoh yang baik dalam memilih konten yang dikonsumsinya. Beliau selalu memilih untuk mengonsumsi dan menyebarkan konten yang bermanfaat, seperti mengajarkan ajaran Islam yang baik kepada umatnya, memberikan nasihat yang membawa manfaat, dan memberikan inspirasi kepada orang-orang untuk berbuat kebaikan.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda, “Tangan yang di atas (lebih utama) dari pada tangan yang di bawah (yang menerima), dan mulailah memberi kepada orang yang kamu tanggung nafkahnya.”
(HR. Bukhari)
Dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidak boleh menghukum dengan hukuman yang serupa dengan apa yang dijatuhkan oleh Allah dalam pengadilan-Nya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis-hadis ini menunjukkan pentingnya memilih yang terbaik dalam tindakan dan sikap, termasuk dalam pemilihan konten yang dikonsumsi. Dengan mengacu pada sumber-sumber Al-Qur’an dan Sunnah tersebut, umat Islam dianjurkan untuk selalu bijak dalam konsumsi konten, memilih yang baik dan menghindari yang buruk, serta mengikuti petunjuk Allah dan Sunnah Rasulullah ﷺ dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam penggunaan media sosial.
Dalam konteks media sosial, bijaksana bagi umat Islam untuk memilih konten yang bermanfaat dan sesuai dengan nilai-nilai agama. Menghindari konten yang bersifat negatif, vulgar, atau menyebarkan kebencian adalah bagian integral dari prinsip-prinsip Islam dalam mengonsumsi konten di media sosial. Sebaliknya, umat Islam diharapkan untuk aktif mencari dan menyebarkan konten yang mendidik, memberikan inspirasi, dan membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Penutup
Dengan memperhatikan pandangan-pandangan ajaran Islam yang telah disebutkan sebelumnya, umat Islam yang menggunakan media sosial diharapkan untuk mengadopsi prinsip-prinsip moral dan etika dalam setiap interaksi online mereka. Sebagai individu yang beriman, pengguna media sosial memiliki tanggung jawab moral untuk menjadikan platform-platform tersebut sebagai sarana untuk berbuat baik, menyebarkan kebaikan, dan mempromosikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam ajaran agama.
Pertama-tama, pengguna media sosial yang beragama Islam diharapkan untuk menggunakan platform tersebut sebagai sarana untuk berbuat baik. Hal ini dapat dilakukan dengan menyebarkan konten yang bermanfaat, inspiratif, dan mendidik. Misalnya, berbagi kutipan-kutipan dari Al-Qur’an atau Hadis yang memberikan inspirasi, memberikan tips-tips kesehatan, atau membagikan pengalaman positif yang dapat menginspirasi orang lain.
Selanjutnya, dalam berkomunikasi di media sosial, penting untuk menjaga etika dan adab Islam. Hal ini mencakup penggunaan bahasa yang sopan, menghindari fitnah, ghibah, atau menyebarkan berita palsu (hoaks), serta menghormati pendapat dan keyakinan orang lain. Rasulullah ﷺ mengajarkan umatnya untuk berbicara dengan kata-kata yang baik atau diam, sehingga setiap interaksi online haruslah dilakukan dengan penuh kesadaran akan dampaknya terhadap orang lain.
Selain itu, menjaga privasi dan kesopanan juga merupakan nilai yang sangat ditekankan dalam ajaran Islam. Pengguna media sosial diharapkan untuk menghormati privasi diri sendiri dan orang lain, serta memilih konten yang sesuai dengan nilai-nilai kesopanan Islam. Menyebarkan informasi pribadi orang lain tanpa izin atau memposting konten yang bertentangan dengan nilai-nilai kesopanan Islam harus dihindari.
Tidak hanya itu, pengguna media sosial yang beragama Islam juga diajarkan untuk mengendalikan diri dan waktu dengan bijak. Terlalu banyak menghabiskan waktu di media sosial, terutama dalam hal yang tidak produktif, dapat mengganggu keseimbangan hidup dan membuang-buang waktu yang seharusnya digunakan untuk beribadah atau produktivitas lainnya. Oleh karena itu, penting bagi pengguna media sosial untuk memanfaatkan waktu dengan efektif dan bertanggung jawab.
Terakhir, pengguna media sosial yang beragama Islam diharapkan untuk bijak dalam konsumsi konten. Islam mendorong umatnya untuk memilih konten yang baik dan berguna, serta menghindari konten yang bersifat negatif, vulgar, atau menyebarkan kebencian. Dengan demikian, media sosial dapat menjadi alat yang bermanfaat dalam mendukung kehidupan beragama yang seimbang dan bertanggung jawab.
Dalam kesimpulan, pengguna media sosial yang beragama Islam memiliki tanggung jawab moral untuk menggunakan platform tersebut dengan bijak dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama. Dengan mempraktikkan nilai-nilai moral dan etika dalam setiap interaksi online, diharapkan media sosial dapat menjadi alat yang bermanfaat dalam memperkuat kehidupan beragama yang seimbang dan bertanggung jawab.
[su_box title=”Author – Suworo, S.Si.,M.M.”]Saat ini penulis adalah Dosen Manajemen Universitas Pamulang Tangerang Selatan dan di amanahi sebagai Manajer Marketing di Pesantren Al Wafi Islamic Boarding School Depok.[/su_box]
Sumber : https://manajemennews.com
Komentar
Posting Komentar